Haruskah Cintaku Berakhir

    Author: AOMAGZ Genre: »






    Gadis tomboi berparas cantik dan bertubuh semampai itu bernama Retno. Retno adalah anak pertama dan ia memiliki satu orang adik yang bernama Reza. Ayah Retno adalah seorang tentara di desanya, sedang ibunya adalah seorang wanita karier yang setiap harinya bekerja di sebuah kantor swasta diluar desa. Retno selalu merasa hidupnya lebih indah ketik aia di kelilingi keluarga yang sayang kepadanya. Hari-hari yang dijalaninya terasa begitu berarti apabila ia selalu bersama dengan ayah, ibu serta Reza adiknya. 

    Retno memang tak pernah memerdulikan orang-orang di sekelilingnya, tetapi tanpa ia sadari ternyata banyak pria yang mengagumi sosok dan kepribadian yang ada pada dirinya. Sikap cuek yang ditunjukkan Retno ini semakyin membuat pria-pria jatuh hati dan ingin lebih dekat dengannya. Salah satu diantara mereka yaitu pria bernama Rendi. Pria yang satu ini berbeda dari yang lain, selain tampan ia juga cerdas. Menurut teman-teman sekelas Retno, Rendi menaruh perasaan terhadap gadis itu. 




    Credit to: Felix Salvata




    “Ret, si Rendi itu suka sama lo tau.” canda Nadia, teman dekat Retno yang saat itu sedang duduk bersebelahan dengan Retno. 

    “Iya betul tuh, kelihatan banget dari cara tatapan sama lirikannya Rendi ke lo.” tambah Uci yang pernah melihat secara langsung sikap Rendi saat menatap Retno. 

    “Ya ampun... Apaan sih ini? Pada berlebihan lo berdua!” tangkas Retno. 

    Selama ini, Retno sangat geram apabila dirinya menjadi bahan pembicaraan teman- temannya terutama saat menyangkut soal laki-laki. Apalagi ia tidak memiliki perasaan apapun terhadap Rendi. 

    Lantaran sang ayah berlatarbelakang tentara yang selalu bersikap tegas dan keras, inilah yang membuat Retno menjadi pribadi yang serupa dengan ayahnya. Baginya, sang ayah adalah panutan dan ia begitu menyayangi pria itu. Retnopun menjadi anak yang selalu manut terhadap semua perintah ayahnya termasuk saat dilarang untuk memiliki seorang pacar. Lain halnya dengan sang ibu, sebenarnya ibu Retno selalu memberikan lampu hijau kepada anaknya untuk memilih jalan hidup sesuai dengan keputusannya sendiri. Akan tetapi hal-hal seperti ini yang terkadang membuat percekcokkan diantara ayah dan ibunya, sehingga Retno memilih untuk mengikuti perkataan sang ayah. Tujuan Retno hanya satu yaitu agar ibunya tidak terus dimarahi oleh ayahnya. Retno sangat mencintai ibunya. Ia tidak ingin melihat ibunya sedih setiap kali dimarahi oleh ayahnya akibat ulah Retno sendiri. 

    “Retno, kapan kamu akan memperkenalkan pacar kamu kepada ibu?”tanya ibunya. 

    “Hmmm... Kapan ya bu? Ibu maunya kapan?” bisik Retno pada ibunya. Ia memang sengaja berbisik ketika menjawab pertanyaan ibunya karena takut sang ayah mendengarkan percakapan 

    “Kamu selesaikan dulu Retno sekolahmu, setelah itu bekerja. Jangan memikirkan punya pacar untuk saat ini!” tegas ayahnya. Tanpa Retno dan ibunya sadari ternyata pria itu diam-diam mendengarkan percakapan mereka berdua. 

    “Iya, Ayah. Retno juga belum mau punya pacar kok sekarang.” jawab Retno dengan raut muka yang pasrah.

    Saat ini Retno sudah genap berusia 17 tahun, tetapi ia merasa bahwa kebebasannya belum sepenuhnya didapat. Entah apakah ia harus merubah kondisi keadaannya saat ini atau justru ia harus tetap menjadi anak penurut walaupun merasakan ketidakadilan. 

    Retno merasa akhir-akhir ini keharmonisan di dalam keluarganya lambat laun semakin memudar. Setiap hari yang terlihat hanyalah keributan, keributan dan keributan. Ruang keluarga merupakan saksi bisu dimana hampir setiap hari Retno melihat ayahnya memarahi sang ibu entah karena persoalan besar atau hanya sekedar masalah sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan tanpa keributaan. 

    Retno semakin muak karena setiap kali dia pulang sekolah atau saat sedang mengerjakan tugas ia selalu mendengar percekcokan kedua orangtuanya. Apalagi saat ini adalah detik-detik menjelang UN (Ujian Nasional) SMA/SMK. Seharusnya disaat seperti ini Retno membutuhkan kenyamanan dan ketenangan di rumahnya sendiri, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Perasaan Retno kesal, sedih, marah semua bercampur menjadi satu. Namun ia tak pernah mengizinkan air matanya untuk menetes. Karena ia tahu bahwa air mata melambangkan kelemahan dan ia bukanlah sosok wanita lemah karena sejauh ini ia selalu diajarkan untuk tegas dan tegar dalam menghadapi sebuah masalah. 

    “Hidup harus tetap berjalan, kehidupan yang manis ataupun pahit harus diterima dengan hati lapang dan ikhlas," begitulah yang Retno tekankan dalam hatinya sendiri. Ia berusaha yakin untuk mampu melewati Ujian Nasional di sekolahnya sekaligus ujian yang terjadi di dalam keluarganya.

    Hari itu, Retno sangat bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Dikarenakan hari ini adalah pengumuman kelulusan setelah kurang lebih satu bulan yang lalu mereka semua melaksanakan UN (Ujian Nasional). Ia sudah mempersiapkan diri untuk menyambut keberhasilan yang akan didapatnya dan ia bertekad untuk melanjutkan cita-citanya setinggi mungkin. 

    Di sekolah, tepatnya di lapangan, seluruh anak kelas XII sudah berkumpul. Mereka sibuk menyerukan beberapa kata agar hasil ujian secepatnya diumumkan. Para murid kelas XII sudah tak sabar, apalagi perasaan was-was sudah mulai bersarang dihati mereka tanpa terkecuali Retno. Walaupun sudah merasa maksimal dalam mengerjakan soal-soal UN, tetapi Retno tetap merasakan hal yang sama seperti teman-temannya. 

    Saat-saat yang dinanti pun tiba. Retno merasa bahagia ketika melihat namanya dinyatakan LULUS. Semua siswa-siswi di sekolahnya pun lulus 100%. Rasa bahagiapun ditandai dengan aksi coret-coretan dengan menggunakan pilok. Selain itu, juga ada yang bergantian menandatangani seragam sekolah yang sedang mereka kenakan. 

    Retno pun sudah berangan-angan untuk mempersiapkan dirinya mendaftar di salahsatu perguruan tinggi swasta yang telah menjadi incarannya sejak lama. Ia bercita-cita menjadi seseorang yang bias mahir berbahasa inggris. Kelak ketika itu semua terwujud, ia ingin berkeliling dunia bersama ayah, ibu dan Reza adiknya. 

    Kebahagiaan hari itu ternyata berbanding terbalik setelah Retno kembali kerumahnya. Kabar bahagia yang ingin disampaikan kepada kedua orangtuanya mungkin harus ia tahan dan semua rencana indah yang dipikirkannya tadi harus dikubur dalam-dalam. Ya semua rencana yang tadi dipikirkannya mendadak lenyap saat Retno melihat sang ibu sudah bersiap pergi dengan membawa koper besar. Sebelum Retno meminta penjelasan akan hal itu, sang ayah sudah mewanti-wanti dirinya untuk membiarkan ibunya dan Retno harus tetap tinggal bersama ayahnya. 

    “Retno, kamu dan Reza ikut dengan ayah. Kalian harus tetap tinggal disini!” tegas ayahnya dengan suara yang cukup keras. 

    Retno melihat dengan jelas ibunya menangis. Ternyata puncak pertengkaran keduanya kali ini benar-benar membuat ibunya lebih memilih meninggalkan rumah. Ibu merasa sudah tidak tahan dengan sikap ayah Retno yang selalu saja membuat masalah kecil berujung dengan pertengkaran. Ibu Retno pun sakit hati saat mengetahui bahwa ayah Retno kini memiliki wanita idaman lain. Memang, sejak kemarin Retno mendengar ibunya berkali-kali menyebut nama Siti. Namun Retno tak pernah mau memikirkan terlalu jauh. Ia hanya selalu berdoa dan berharap bahwa semua akan tetap baik-baik saja. Tetapi yang terjadi, kini ia harus menerima kenyataan ayah dan ibunya berpisah. 

    Di pikiran Retno saat itu terlintas pertanyaan, “Mengapa ibunya tega meninggalkan ia dan adiknya Reza?” Tetapi disisi lain Retno sangat kecewa kepada ayahnya. Alasan apa yang membuat cinta dan sayang sang ayah terhadap ibu yang dulu ada kini telah dibagi. Retno hanya terdiam menyaksikan ibunya yang pergi karena jika ia menyusul pasti ayahnya semakin geram. Rezapun lebih memilih diam walau sebenarnya Retno bisa merasakan perasaan adiknya itu juga begitu sedih. Reza sudah sedikit paham terhadap persoalan kedua orangtuanya walau ia baru duduk di kelas 6 SD.

    Hari demi hari mampu Retno lalui dengan baik dan lapang dada. Semua persoalan yang ia hadapi membuat dirinya merasa bahwa dunia ini tidak berpihak padanya. Terlebih di masa-masa peralihan seperti ini. Ia perlu dukungan dan bimbingan untuk melanjutkan pendidikan kuliahnya hingga ia mampu meraih apa yang iacita-citakan. 

    Masa-masa mendaftar, mengikuti tes hingga pengumuman lolos Perguruan Tinggi dilalui Retno seorang diri. Ia selalu merasa sepi karena biasanya ada sosok ibu yang menemaninya. Ia tahu bahwa sang ayah tak mungkin bisa meluangkan waktu untuknya. Rasa perhatian dan kasih sayang semakin jauh dirasakanya dan Reza. Ia semakin membenci hidupnya. Namun ia tidak ingin menunjukkan kepada semua orang akan keperihan hidupnya itu. Retno selalu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dan menjalani kehidupan ini dengan senyuman walau hatinya terluka. 

    Keterpurukan Retno dan Reza semakin bertambah karena sidang perceraian orangtuanya segera berlangsung di Pengadilan Agama. Tak ada satu anak pun yang ingin mendapat kenyataan seperti ini. Kenyataan yang mengharuskan kedua orangtuanya bercerai. Sejujurnya Retno sangat menentang keras hal ini. Ini ditunjukkan dengan pesan singkat yang sengaja Retno kirimkan kepada ibunya yang jauh disana. Retno tidak pernah tahu ibunya berada dimana sejak kejadian kedua orangtuanya bertengkar itu. Ibunya tidak pernah membalas setiap pesan singkat dari Retno. Ayahnya pun melarang Retno menghubungi ibunya. Termasuk melarang bertemu ibunya saat siding nanti. Sehingga itu pula yang menjadikan alasan mengapa Retno hanya mengirim pesan singkat saja. Itupun harus diam-diam dilakukan Retno agar ayahnya tidak curiga. Ia juga sengaja mengganti kontak nomor ibunya menjadi nama teman laki-laki yang ada di kelasnya. Sebab jika ayahnya tahu, Retno akan dimarahi habis-habisan. 

    Menjelang sidang besok, malam harinya ponsel Retno berbunyi. Ternyata ia mendapat pesan singkat dari ibunya.   

    “Assalammualaikum, Nak. Bagaimana kabarmu dan adikmu?”  
    “Walaikumsalam, Bu. Retno dan Reza baik, Bu. Ibu sendiri bagaimana keadaannya? Retno rindu sama Ibu.” 
    ”Ibu juga kangen sama kamu dan Reza, Nak. Kamu sedang apa? Sudah shalat, nak?” 
    “Retno sudah shalat, Bu. Ibu jangan pisah sama ayah ya. Retno sama Reza enggak mau sampai ini terjadi.” 
    “Tidak mungkin nak, ayahmu lebih memilih perempuan lain. Mungkin ini sudah jalan yang ditakdirkan untuk keluarga kita. Jadi anak yang pintar dan sholehah ya,   nak. Salam untuk adikmu juga ya. “ 

    Retno tak kuasa membaca setiap kata-kata di dalam pesan dari ibunya tersebut. Retno memasrahkan keadaan ini kepada Tuhan. Dia yakin bahwa Tuhan selalu memberi jalan yang terbaik untuk setiap hambaNya. Retno percaya bahwa semua ini akan indah pada waktunya. 

    Semenjak kedua orangtuanya resmi bercerai, Retno bertekad untuk bangkit karena perjalanan hidup ini masih panjang. Tidak mungkin ia terus-menerus meratapi keterpurukan hidupnya. Hal itu hanya akan menghambat kerja kerasnya untuk mewujudkan impian. Ayah Retno pun kini sudah memilih untuk membuka lembaran baru bersama dengan wanita yang tak lain bernama Siti Juleha. Wanita yang sudah cukup berumur dan berprofesi sebagai bidan. Setelah pernikahan ayahnya sudah berlangsung cukup lama, Retnopun mendapatkan adik perempuan yang lucu dari ibu barunya tersebut. Kehidupan benar-benar sudah berbeda. Daerah baru, rumah baru, kamar baru, ibu baru, adik baru, tetangga baru, lalu Universitas baru, teman-teman kuliah baru, dan yang terakhir ditutup dengan pacar baru. 

    Retno memilih untuk menjalani backstreet. Pacaran diam-diam tanpa ayahnya ketahui adalah kondisi yang sedang ia jalani saat ini. Di tempat baru inilah Retno merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Di kampusnya, Retno menjatuhkan hati kepada salah seorang kakak seniornya bernama Dudi. Senior Retno yang satu ini baru saja di wisuda. Entah memang sudah berjodoh atau apa, Retno menantikan Kak Dudi sudah sejak setahun yang lalu. Banyak problematika yang dirasakan Retno karena wanita-wanita lain pun mengincar Kak Dudi yang tampan dan berprestasi di Kampus. Hingga pada akhirnya Kak Dudi hanya memberikan perasaan terhadap Retno seorang. Hari-hari Retno menjadi begitu indah saat bersama kak Dudi. Seakan semua terasa jauh lebih baik. Bersama Kak Dudi, Retno mendapat perhatian yang selama ini lama tidak dirasakannya. Ia hanya berharap dan terus berdoa kepada Tuhan semoga Kak Dudi jodoh yang baik untuknya. Kak Dudi pun menyatakan bahwa dirinya ingin lebih serius menjalani hubungan ini bersama Retno. Hingga pada akhirnya Kak Dudi berkeinginan untuk segera melamar Retno dan bertemu dengan ayah Retno setelah dirinya memiliki kerjaan tetap. 

    Tuhan memang adil. Begitulah yang Retno rasakan. Tuhan tak akan memberi kesulitan di luar batas kemampuan hambaNya. Kesedihan dan kepedihanpun tidak akan terus-menerus terjadi, tetapi pasti Tuhan akan menggantikannya dengan kebahagiaan bagaimanapun caranya. Karena Tuhan tahu mana yang terbaik bagi hambaNya. 

    Kini Retno merasa dirinya lebih baik dan semakin baik dengan adanya dukungan dari kekasihnya Kak Dudi. Walau terkadang rasa rindu kepada ibunya menyelimuti perasaan Retno.

    One Response so far.

    1. Ceritanya unik. Cara penceritaannya juga. Minim dialog. Tapi gue rasa, gue cukup suka model kayak gini. Nice story, nice plot

    Leave a Reply

    Thanks for reading! Leave your responses here :)

    Tentang AOMAGZ

    AOMAGZ adalah sebuah online magazine. Tapi bukan majalah berita, majalah resep atau majalah fashion. AOMAGZ adalah majalah spesialis cerita : Cerpen, Cerbung, Flash Fiction, Serial, Dongeng, Cerita Anak dan lain-lain. Jelajahilah AOMAGZ sesuka hati kamu karena ada cerita baru setiap harinya (kecuali weekend). Enjoy!

    Readers



    Follow Us On Twitter Photobucket


    Guestbook