( Ringkasan cerita edisi sebelumnya: Saat sadar, Yogie mendapati dirinya tidak berada di kamarnya. Celakanya, ia tak ingat apa-apa kecuali namanya, kamarnya, gadis yang disukainya, dan sahabatnya! Ditengah kebingungannya, seekor hewan aneh muncul, menyusul seorang gadis aneh pula. Dan sebelum ia bercerita banyak, tiba-tiba ledakan bertubi-tubi menyerang… )
-----------------------------------------
Oleh: Aul Howler
“DHUAAARR!!!”
“DHUAAARR!!! DHUUUAAARR!!!”
Ledakan demi ledakan menghancurkan dinding-dinding berlumut di hadapan Yogie dan gadis itu. Debu berterbangan di mana-mana, dan cahaya mulai masuk ke dalam bangunan yang sebagian dindingnya telah rata dengan tanah itu.
“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?”
Yogie tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahu dibalik kepanikan yang kini melandanya. Belum lagi hilang keterkejutannya akan hewan aneh dan gadis aneh yang muncul di hadapannya, kini ia harus menghadapi hal aneh lainnya.
“Kita diserang, barra.” Gadis itu berbisik.
“Kenapa kita diserang? Memangnya apa yang telah kita lakukan?”
Gadis itu menatap Yogie, tajam. “Kita telah berada di pebatasan Shiny Land, barra! Di daerah perbatasan dengan Dark Kingdom, barra! Mungkin mereka mengira kita adalah mata-mata, barra!”
“Mereka? Mata-mata?” Yogie mengulangi. Sebentar ia berpikir, mencoba memahami. “Maksudmu, kita sedang diserang karena dianggap musuh, oleh penghuni Dark Kingdom?”
“Begitulah, barra!” Ujar gadis itu sambil mengambil panah dari keranjang stroberinya, dan melepaskan sebuah anak panah ke arah dinding yang telah berlubang. Terdengar jeritan panjang dan suara kaca pecah.
“Kau membunuh mereka!” Yogie berteriak histeris.
“Tidak, barra! Prajurit Dark Kingdom yang terkena panah kayu cahaya hanya akan kehilangan tubuhnya, barra!. Jiwanya kembali ke bukit tandus, dan dalam dua hari tubuh serta jiwa mereka akan muncul kembali dari pohon angkara, barra!” Gadis itu menjelaskan.
Yogie diam saja. Tapi paling tidak ia sedikit mengerti. Ya, kegemarannya akan game RPG atau novel-novel petualangan membuatnya memiliki cara pikir yang bagus dalam banyak hal.
“Ikuti aku, barra! Cepat!” Gadis itu berbisik, kemudian ia bergegas menuju pintu.
Tanpa banyak tanya lagi, Yogie mengikutinya. Lantai yang penuh lumut membuat Yogie harus berhati-hati berjalan cepat. Tapi matanya tetap menoleh kemana-mana.
Sekarang mereka menuruni tangga yang juga penuh lumut. Tangga yang sangat panjang, yang bahkan tak kelihatan ujungnya. Tapi karena gadis itu terus saja menuruni tangga, maka Yogie pun tetap mengikutinya.
Tiba-tiba gadis itu berbalik menuju Yogie dan menubruk Yogie hingga jatuh terduduk. Sebuah kilatan cahaya ungu melewati mereka, meleset mengenai anak tangga di atas mereka. Anak tangga itu hancur berserakan.
“Ya ampun, hampir saja!” Yogie terbelalak. “Apa yang barusan menyerang itu mereka?”
Gadis itu mengangguk. Segera ia menyentuh benda berkilauan di ujung ekor spiral grumpie coklat yang sejak tadi terbang mengiringi nya. Dan cahaya kuning keemasan berpendar dari sayap dan benda berkilau di dahi grumpie coklat itu.
“AAAAARGH!!” terdengar beberapa suara mengerang.
“Apa yang sedang kau lakukan?” Yogie bertanya bingung.
“Ada tiga prajurit Dark Kingdom di depan kita, barra! Mereka akan buta sementara karena tak tahan cahaya grumpie, barra!” ujarnya. “Ayo kita terus, barra!”
Dan gadis itu mulai berlari menuruni anak tangga. Sebenarnya Yogie agak kesal juga, karena ia belum sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi, dan gadis itu agaknya belum mau bercerita banyak.
“Ayo kita ikuti dia,” Bisik Yogie pada grumpie biru yang sejak tadi melompat-lompat di sampingnya. Hewan itu mengepakkan sayapnya, melayang di sebelah Yogie.
“GRUMMPIII…” Ujarnya. Sepertinya ia mengerti apa yang diucapkan Yogie.
Dan mereka berlari mengikuti gadis yang bahkan belum diketahui Yogie namanya itu.
Sebuah cahaya ungu melesat lagi. Kali ini dari belakang Yogie, yang hampir saja mengenai kepalanya. Yogie terkejut, tentu saja. Bagaimana aku bisa menghindarinya? Yogie membatin. Tapi kemudian grumpie biru yang melayang di sampingnya menjulurkan ekornya yang spiral. Yogie ingat. Segera ia menggenggam benda seperti berlian di ekor grumie biru itu, dan tak lama cahaya biru yang terang berpendar dari sayap dan dahi hewan itu.
“AAAARGHH!!” terdengar sebuah suara mengerang.
Yogie tersenyum, kemudian melanjutkan lagi setengah berlari menuruni anak tangga yang telah kelihatan dasarnya.
“Kau tidak apa-apa, barra?” Gadis itu telah berdiri di ujung tangga.
“Ya.” Yogie menjawab, singkat. “Hei, namamu siapa?”
“Aku Gutanana, barra! Dan tadi kau bilang namamu Yogie, barra?”
Yogie mengangguk. “Kenapa dari tadi kau selalu berkat barra-barra-bara?”
Gadis itu tersenyum. “Bahasa kami, barra!”
“Oh begitu” Yogie menggaruk dagunya. Mungkin yang dimaksud Gutanana adalah dialeg atau logat. Tak aneh bukan? Di indonesia saja ada banyak dialeg atau logat tergantung suku atau daerah tempat tinggal penduduknya. Sama sekali tak mustahil di tempat asing ini juga ada logat tertentu.
Gutanana melangkah lagi. “Untunglah kita sudah berhasil menjauhi perbatasan, barra! Prajurit Dark Kingdom tak bisa bertahan lama bila sampai di sini, barra!”
Gadis itu membuka pintu besar tak jauh dari ujung tangga. Cahaya terang langsung saja membuat Yogie mengangkat lengannya, menutupi matanya.
“Dimana kita?” Yogie bertanya.
“Kita sudah sampai, barra. Selamat datang di Shiny Land, barra!” Jawab Gutanana, sambil melambaikan tangannya ke samping, layaknya seorang oemandu wisata yang menunjukkan bangunan-bangunan penting.
Yogie tersenyum geli, dan menurunkan lengannya. Ia melangkah keluar dari pintu dan matanya terbelalak. Pemandangan yang kini terhampar di depan matanya sungguh membuatnya takjub.
(Bersambung)
eh ... ini kamu post ulang ?