Junn Series #5 - Segitiga?

    Author: AOmagz Genre: »

    Oleh: Aul Howler

     
        Tiga hari telah berlalu, sejak Junn menginjakkan kaki di SMA Bunga Bangsa. Suka duka perjuangannya di awal bersekolah, sekarang terasa begitu manis. Ia akan merindukannya, ia yakin itu. Yah, akhirnya Masa Orientasi Siswa telah usai.

        Sekarang aku bisa leluasa, piker Junn. Aku tak perlu takut lagi pada apapun – atau pada siapapun – selama tak melakukan kesalahan atau menyiggung orang lain. Aku bisa menimba ilmu lebih tenang, menganyam setiap kenangan dengan lebih tenang, dan merajut masa depan yang lebih baik dengan tenang. Tak ada yang akan bisa menggagguku. Ya, semoga tak ada.
    “Junn! Ke kantin yuuk!”

        Riri melambaikan tangan dari pintu kelas. Junn segera membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja, kemudian menyimpannya ke dalam laci. “Let’s go!”

        Hari yang indah. Kapas putih yang bergumpal melayang perlahan di atas sana, merelakan dirinya dibakar si kuning garang. Bahkan suasana sekolah pun juga terasa indah.  Dimana-mana hanya ada senyuman dan wajah ceria. Tak ada lagi ketegangan, ketakutan dan suasana mencekam seperti yang lalu. Yah, semua murid baru termasuk Junn memang mulai bisa menikmati masa SMA sekarang.

        “Hei, Junn!”

        Seseorang menyapa dari belakang. Sebentar Jun merasa sedikit gugup. Tapi segera ditepisnya rasa itu, mengingat statusnya bukan ‘junior’ lagi sekarang.

        “Kakak memanggil saya?” Junn bertanya pelan. Masih terdengar sedikit takut. Ternyata sindrom MOS belum hilang sepenuhnya.

        “Ya.” Jawab Alev. Kemudian ia mendekat.

        Riri meremas lengan baju Junn, dan segera berdiri di belakangnya. Keberaniannya terlalu sedikit. Itupun sekedar mengintip orang yang kemarin menyebabkannya pingsan, dari balik bahu Junn. Kakinya sedikit gemetar, membuatnya mencengkeram Junn semakin kuat. Ia takut ia akan roboh lagi.

        “Ada apa, Kak?”

        Giliran Alev yang kelihatan gugup. Keramahan Junn setelah apa yang terjadi belum bias ia terima begitu saja. Hatinya bergetar lagi, menangkap sifat Junn yang lain: Pemaaf. Bahkan Alev tak yakin bias memaafkan dirinya sendiri, setelah apa yang diperbuatnya.

        “Err, Gue mau minta maaf.” Ujarnya memberanikan diri.

        Senyum Junn mengembang, membuat Alev makin gugup. Riri mulai melepaskan genggamannya, meninggalkan alur kusut di lengan baju Junn

       “Sama-sama. Saya juga minta maaf, karena sudah lancing kemarin,”

       “Gue benar-benar menyesal. Entah setan apa yang merasuki gue kemarin-kemarin, sampai gue setega itu sama Lo dan anak-anak lain.”

       Junn tersenyum lagi, “Dan Kak Zhafif?”

       Alev diam. Rasanya ia belum bias menghapus begitu saja kedengkiannya pada Zhafif. Tapi ia berusaha melakukannya. “Ya, Zhafif juga.”

       “Baguslah kalau begitu,” Ujar Junn sambil menarik lengan Riri untuk segera ke kantin. “Duluan, Kak!”

       “Eh gue…”

       Alev masih mau melanjutkan. Jun berhenti melangkah. “Ada apa lagi ya, Kak?”

        Alev menarik nafas, dalam. Lalu ia bertepuk tangan. “Di sana!” Ujarnya sambil menunjuk lapangan basket.

         Junn menoleh. Beberapa murid berpakaian Cheers berdiri dalam barisan, masing-masing memegang sebuah karton. Sambil berteriak, mereka membalikkan dan mengangkat kartonnya. Beberapa huruf besar muncul, yang bila dieja berbunyi I LOVE YOU.

        Junn terbelalak, mukanya merah – malu. Riri malah menutup sebagian wajahnya sendiri dengan tangan: Semakin yakin ia akan roboh. Tapi agaknya bukan karena takut, melainkan karena shock atas adegan barusan. Dan Alev, di hadapan mereka tersenyum. Senyum tulus yang sejak pertemuan pertamanya dengan Junn tak pernah ia sunggingkan. Dan menurut hemat Riri, entah kenapa dengan senyum itu Alev terlihat tampan.

        “Sa… Saya…” Junn tergagap. Perasaannya campur aduk antara heran, bingung dan sedikit – senang. Semuanya terasa kacau dan serba tak nyaman, seperti bayi yang buang air besar di dalam popok. Dan semuanya terasa serba panas, membuat Junn dan bajunya basah berkeringat.
    “Gak perlu jawab sekarang,” Alev berbisik. “Kapan-kapan aja, kalau udah siap. Gue bersedia nunggu.”
    Sementara gadis-gadis Cheers di lapangan basket mulai bernyanyi. Lagu cinta! Dan beberapa siswa di sekitar lapangan bersorak riuh rendah, bersuit-suit dan meledek.

        Junn salah tingkah. Dadanya berdebar lebih cepat. Mungkinkah ia juga suka pada Alev? Bagaimana dengan perasaan aneh yang ia rasakan untuk Zhafif? Junn menunduk, stress dengan pikirannya sendiri.
    Sementara itu, di kelas lain tak jauh dari sana, Zhafif meninju dinding hingga tangannya memerah. “Awas Lo, Alev” Bisiknya tanpa melepas pandangan dari lapangan.


    TAMAT

    (Cerita serial ini telah dimuat juga di Harian Singgalang edisi Desember 2010 - Januari 2011
    Terbit dan beredar di Sumatra barat - sekitarnya.)

    4 Responses so far.

    1. yah yah yaaah...kok tamat sih kak ? kirain si zhafif yg bakal duluan nyatain cinta. kak lanjutin kek, ini awalnya harusnya hahaha :D ditunggu pasrt 6-nya *maksa*

    2. arghhh Aul saya benci kamu deh kalau begini, cliffhanger banget, udah degdegan nih masih klimaks tuh belum antiklimaks. lanjutinlah ayo, itu si Alev diterima atau enggak, terus si Zhafif gimana ?
      lanjutkan ... lanjutkan :D
      eh Aul bedewei kok banyak typo tuh, tumben

    3. @ Zhi>>
      Haha. MAaf deh maaf :) Kalo yang edisi di koran sih, ini udah tamat loh. Tapi kemungkinan lanjut ya ada. tapi pastinya gak dimasukin koran lagi dong...

    4. @ Kak Tiara>>
      HUAAAA.... maaf deh kak. Jatah nulis cerbung di koran emang gak bisa panjang-panjang. Makanya dipotong tamat di situ.
      Aul pikirin lagi deh kak, mau lanjut atau nggak. takutnya nanti jadi "maksa" gak bagus juga kan. hehe :))

    Leave a Reply

    Thanks for reading! Leave your responses here :)

    Tentang AOMAGZ

    AOMAGZ adalah sebuah online magazine. Tapi bukan majalah berita, majalah resep atau majalah fashion. AOMAGZ adalah majalah spesialis cerita : Cerpen, Cerbung, Flash Fiction, Serial, Dongeng, Cerita Anak dan lain-lain. Jelajahilah AOMAGZ sesuka hati kamu karena ada cerita baru setiap harinya (kecuali weekend). Enjoy!

    Readers



    Follow Us On Twitter Photobucket


    Guestbook