Oleh: Kiky Saky
Aku masih sering mendatangi cafe di pinggir bukit itu seorang diri. Hanya vanillatte yang menemaniku saat aku merindukanmu. Aku sangat merindukan saat-saat berada di sisimu. Aku masih mengingatmu nyaris sempurna saat kamu tersenyum sambil bercerita. Sesekali menyeruput kopi yang kamu pesan, dan kembali bercerita. Aku hanya tersenyum geli mendengarkan cerita konyol yang kamu ceritakan. Kita selalu berebut bercerita dengan gaya khas kita masing-masing.
Lesung di pipimu masih tergambar nyata di memori otakku. Sangat nyata. Jemarimu yang menggenggam tangankupun masih terasa hangat hingga kini. Entahlah mengapa aku sangat pintar berhalusinasi tentangmu. Aku masih belum bisa melupakanmu dan menepismu dari gerak kehidupanku. Dirimu sudah lama menjadi penghuni hatiku hingga sulit untuk ditiadakan.
Rasanya tak cukup waktu 24jam untuk sendiri dan mengenangmu. Mengenangmu sangat menyenangkan meski terkadang membuatku menitikkan air mata.
Aku kembali mendatangi tempat favorit kita 5 tahun lalu. Aku masih mengenakan jeans ketat sepatu boots hadiah ulang tahunku darimu dan jaket berbulu. Udara di sini sangat dingin. Sepertinya lebih dingin kali ini dibanding saat ada kamu di sini.
Para pelayan memandangiku dengan mimik wajah yang tak pernah berubah dari hari ke hari. Mereka sering memandangiku sembrani tersenyum. Sesekali menemaniku mengobrol.
Aku menyalakan lilin aroma terapi yang pernah kamu berikan untukku saat aku menangis. Katamu aroma ini akan membuatku lebih tenang. Entah mengapa aroma lilin ini justru membuatku menitikan air mata. Aku sungguh sangat merindukanmu.
Belum ada yang mampu membuatku tertawa sampai terlepas semua beban di dalam jiwaku kecuali kamu. Kamu mampu membuatku menjadi diri sendiri tanpa dimanipulasi. Kamu sungguh memenangkan hatiku.
Kamu pernah mengajariku untuk jangan terlalu mencintai seseorang teramat sangat besar, karena nanti akan berujung tak baik. Sepertinya nasehatmu kali ini tak sanggup aku turuti. Mana mungkin aku tak mencintaimu teramat sangat besar. Sementara kamu selalu mampu membuatku bahagia dan merasakan benar-benar bahagia selama kita bersama.
Mengenangmu memang tak pernah akan berakhir...
Pernah suatu malam kita menghabiskan malam mengelilingi kota dengan motormu sambil bernyanyi kecil di sepanjang jalan. Aku terus mendekapmu. Sesekali kita berhenti menikmati dinginnya udara malam. Kamu tak henti menggenggam tanganku, dan mengatakan " i love you".
Kamu pernah menanyakan padaku, apakah orang yang menikmati pacaran itu seperti kita dengan berkelana dan menikmati keindahan alam. Sepertinya tidak semua. Menurut kita berkelana dengan menikmati indahnya alam itu sebuah kebahagiaan yang tak bisa dibayar oleh apapun. Kita sangat menyukai hal yang sama.
Kita selalu berburu makan kuliner dengan citra rasa yang sama. Sepertinya Tuhan mendesain lidah kita dengan struktur yang sama. Aku menyukai pedas dan kamupun sangat menyukai pedas. Aku selalu menertawakanmu saat kamu mengeluh kepedasan dan menghabiskan minuman yang kita pesan. Kamu selalu menjaili aku dengan menghabiskan makanan yang kita pesan. Terkadang aku suka kesal karena aku hanya makan seperempat hidangan saja.
Kini semua yang telah kita lalui bersama hanya akan menjadi kenangan indah di sebagian hidupku. Kamu berhasil membuat hariku lebih indah meski hanya sesaat.
Ini saatnya aku menutup lembaran hari bersamamu.
Tak selamanya aku terbayang-bayang oleh ragamu yang sudah tiada lagi. Aku kembali hidup tanpa bayangmu meski itu sangat menyakitkan.
Sampai kapanpun aku selalu mencintaimu dan menyayangimu meski aku telah dipinang oleh pria lain.
Mengenangmu adalah sebagian halusinasi yang membuatku merasa lebih bahagia sudah memilikimu
makasih ya tulisanku di muat di blog kamu hehehe
salam kenal ya...