Oleh: Aul Howler
“Seraaang, barra…!!!”
Seruan Raja mengawali riuh rendah di bawah sana. Ratusan prajurit dengan pedang dan panah berteriak sambil berlari ke depan dengan penuh semangat. Para wanita dan anak-anak telah bersembunyi dalam gua-gua bawah tanah. Dan Yogie, seperti apa yang diperintahkan kepadanya, berdiri di beranda lantai dua, menjaga istana bersama Gutanana.
Tampaknya perang tak bisa dihindari. Raja Dark Kingdom menolak, saat Kepala Suku memintanya membatalkan serangan. Bahkan penjelasan bahwa penembakan panah kayu cahaya yang menyebabkan hancurnya tubuh beberapa prajurit Dark kingdom hanyalah sebuah ketidak sengajaan, sama sekali tak diabaikannya.
“Ini semua salahku, barra…” bisik Gutanana lirih.
Yogie, yang di berdiri di sebelahnya sejak tadi hanya diam saja, menatap prajurit Dark Kingdom yang kini sudah mulai menembaki apa saja dengan sinar-sinar penghancur.
“Seharusnya Aku berpikir lima kali sebelum menggunakan panah kayu cahaya itu, barra…” tambahnya.
Yogie menatap Gutanana. Terlihat jelas Gutanana sedang berada dalam kesedihan yang dalam. Raut wajahnya ―paling tidak dalam 24 jam terakhir― tidak menunjukkan keceriaan, seperti saat mereka baru sampai di Shiny Land dan yogie memecahkan sebuah bunga asmara, dimana Gutanana tertawa sangat keras.
“Kau memang menyebalkan.” Ujar Yogie.
“Apa, barra…?” Gutanana kaget. Ia sama sekali tak menebak bahwa Yogie akan mengatainya menyebalkan, bukannya menghibur.
“Ya. Kau menyebalkan. Aku bahkan mulai lelah mengatakan bahwa itu semua bukan salahmu! Kau melakukannya untuk melindungiku! Dan bla… bla… blaa… yang sudah berkali-kali kusebut sejak peristiwa itu, dan kau masih saja berkata itu semua salahmu. Apa itu tak menyebalkan namanya.”
Gutanana tersenyum lemah, lalu menunduk lagi.
“DHUARR!! DHUARRR!!!”
Yogie dan Gutanana tersentak. Ya, bunyi ledakan barusan terdengar lebih dekat.
“Mereka berhasil menghancurkan gerbang perkampungan, barra!!” Gutanana menjerit.
Yogie juga panik, tapi ia berusaha tetap tenang. Ia masih yakin bahwa prajurit Shiny Land mampu mengatasi serangan, karena mereka membawa banyak sekali kayu cahaya. Selain itu, sejak perang dimulai suara-suara kaca pecah berkali-kali terdengar. Itu artinya sudah cukup banyak prajurit Dark Kingdom yang kehilangan tubuh.
“AAAAAAAAAAA!!!!”
Terdengar jeritan lebih banyak di bawah sana. Yogie menyipitkan matanya, mencoba melihat lebih jelas apa gerangan yang tengah terjadi. Dan kemudian ia ternganga. Prajurit Dark Kingdom dalam jumlah yang luar biasa banyaknya berbaris rapi, dan mendesak masuk sambil menghancurkan apa saja dengan sinar-sinar biru dan ungu dari mata mereka.
“Sepertinya pasukan Shiny Land kehabisan senjata, barra! Dan agaknya banyak sekali yang terluka, barra! Bagaimana ini, barra!!” Gutanana semakin panik.
“DHUARR!!”
Sebuah sinar penghancur mengenai dinding beranda. Yogie dan Gutanana terlempar ke belakang.
“Kita harus cepat sembunyi!” Ujar Gutanana, kemudian menarik lengan Yogie. “Ayo Grumpie! Kau juga, Grumpie biru! Barra!” teriaknya. Dan kedua Grumpie yang tengah bermain di sudut beranda mengikutinya.
“Tunggu. GRUMPIE BIRU… barra…!!??”
Yogie heran. Eksrpesi Gutanana sebentar-sebentar berubah. “Ada apa dengan Grumpie biru?” Ujarnya, tak tahan bertanya
“Aku… saat kecil dulu, barra! Kakek selalu menceritakan dongeng tentang Grumpie biru dalam legenda yang bisa meredakan setiap kemarahan, yang bisa memusnahkan setiap rasa kebencian, dan selalu membawa kedamaian bagi siapa saja, bara!”
Yogie tertawa. “Dan Grumpie biru ini sudah berada di sampingku sejak aku juga berada di sini beberapa hari yang lalu. Jadi kenapa masih ada peperangan?”
“Kau benar, barra.” Ujarnya. “Pasti itu memang hanya dongeng karangan kakek, barra. Padahal tadinya aku berpikir Grumpie biru bisa meredakan perang, barra.”
Yogie tertawa lagi, dan Grumpie biru di sebelahnya melompat-lompat senang dengan ekor spiralnya. Bola berkilauan seperti Kristal di ekornya berkelap-kelip.
Yogie membelalakkan mata. “Tak ada salahnya mencoba!!” jeritnya. “Ayo! Grumpie! Kita ke puuncak atap istana!”
Grumpie biru itu melingkarkan ekornya ke pergelangan tangan Yogie, dan mengangkatnya ke udara dengan beberapa kali kepakan sayapnya.
“Apa yang kau lakukan, barra!!??” Gutanana memekik.
Sebuah suara dhuar lalu dhuarr lagi terdengar di belakang Gutanana. Ia kaget bukan main. Prajurit Dark Kingdom berhasil memasuki istana, dan beberapa sudah di hadapannya.
“Grumpiee!” ujar Gutanana, memanggil Grumpie coklat miliknya. Grumpie itu menjulurkan ekornya, dan Gutanana menggenggam batu berkilauan di ujungnya. Sebentar cahaya terang berpendar, dan beberapa prajurit Dark Kingdom yang tadi mendekat, berlarian mundur sambil memegangi mata mereka dan mengaduh kesakitan.
“Kita ke atas juga, barra! Mereka hanya akan buta sementara, barra!” Ujar Gutanana kepada Grumpie nya. Dan Grumpie itu mengangkatnya ke atas, menyusul Yogie.
Panik sepertinya bukan kata yang pantas untuk keadaannya saat ini. Ia sangat panik! Agaknya dirinya dan Yogie adalah yang tersisa di atas tanah, sementara seluruhnya telah bersembunyi. Gerombolan prajurit Dark Kingdom, di bawah pimpinan raja Dark Kingdom telah menanti di bawah sana. Dan beberapa Prajurit Dark Kingdom yang tadi buta oleh cahaya grumpie coklatnya, kini telah kembali pulih, dan merangkak menuju puncak istana tempat Yogie dan Gutanana berdiri saat ini.
“Sekarang apa, barra?” Ujar Gutanana.
“Kita coba. Aku yakin kakek mu bukan pembohong!” Ujar Yogie. Ia meraih ekor Grumpie biru nya, dan menggenggam baru berkilauan di ujungnya yang tadi berkelap-kelip. Cahaya yang sangat terang dan sangat silau berpendar dari tubuh Grumpie biru, menyinari Shiny Land. Yogie dan Gutanana memejamkan mata, menunggu apa yang akan terjadi.
(Bersambung)