Ramalan Bullshit

    Author: AOMAGZ Genre: »

    Oleh: Nuel Lubis




    Ramalan, yah? 

    Persetan dengan ramalan. Maaf yah, aku kurang memercayai segala hal yang berbau dengan mengetahui masa depan seorang anak cucu Adam. Aku jengah sekali dengan yang namanya ramalan. Aku benar-benar benci dengan ramalan. Mendengar katanya saja, sudah menyebabkan aku muntah-muntah darah seember. 

    Segalanya itu terjadi saat perayaan ulang tahun yang kedua puluh lima; sudah seperempat abad aku hidup di planet Bumi ini. Saat itu aku sedang tak ada kesibukan. Aku sudah meraih gelar sarjana sastra Indonesia di sebuah universitas yang selalu jadi incaran di tiap SPMB. Untuk menghilangkan kegelisahan dalam menentukan ke arah manakah kaki ini akan melangkah, aku memutuskan berjalan seorang diri di sebuah pusat perbelanjaan. 

    Mal itu lumayan besar. Gedung ini memiliki banyak pancingan sehingga banyak warga kota lebih memilih untuk bertandang ke sini – ketimbang mal-mal lainnya. Yah, di kota ini, ada sekian banyak mal. Seingatku, kalau aku tak salah hitung, kurang lebih ada sepuluh mal. Namun hanya mal ini yang terlengkap isinya. Ada bioskop, toko buku, food court, taman bermain, toko pakaian, pasar swalayan, dan segala umpan menarik lainnya. Bahkan stan ramalan pun ada di mal ini. 




    Credit to: Felix Salvata





    Yah, aku pun baru tahu soal stan ramalan yang ada di area food court-nya. Namun jujur saja, aku tergolong jarang sekali mengunjungi mal ini. Dalam tiga bulan terakhir, mungkin inilah kunjungan kali pertama diriku. Kata khalayak juga, stan ramalan baru didirikan sejak awal tahun ini saja. Pantas saja sebelumnya, aku belum pernah melihatnya. 

    Ada sebuah magnet tersendiri – atau apalah itu – yang menarikku untuk mengunjungi stan tersebut. Setelah selesai dengan seorang gadis ABG berkepang dua, wanita separuh baya itu tersenyum padaku. Katanya padaku: “Mau diramal soal apa, Dik?” 

    Sumpah mati, peramal tua ini sepertinya memiliki aura yang cukup misterius. Sorot matanya itu seperti membuat diriku terhipnotis. Sekonyong-konyong, tanpa ragu dan gugup, aku mantap menjawab, “Soal jodoh, Bu,” 

    Ia segera memainkan kartu-kartu tarotnya. Dijejerkanlah satu persatu beberapa kartu tarot itu ke atas meja. Yang aku heran, kenapa ia terperanjat dan mengernyit ke arahku? Ada yang aneh?

    Mungkin karena tak puas – atau tak yakin, ia mencoba media ramal yang lain. Telapak tangan kananku diusap-usapnya. Tetap saja ia mengernyitkan dahi padaku. Lalu, setelah dirinya merasa relaks, ia memberitahukan hasil ramalannya. 

    Ha-ha-ha. Aku hanya bisa terkekeh mendengarnya. Kan benar anggapanku selama ini. Ramalan itu bohong. Semua ramalan itu penuh tipu daya. Musyrik. Tak masuk. Benar-benar tak logis. Masa dia menengarai bahwa kelak calon istriku di masa depan itu seorang bintang televisi dengan usia yang begitu jauh denganku? 

    Bagaimana ceritanya bisa seperti itu? Aku belum pernah ikut casting. Aku belum pernah menulis skenario. Dan – menurut pemikiranku – aku hanya bekerja sebagai seorang editor saja suatu hari nanti. Di kampus, aku juga hampir tak pernah punya rekan seorang selebritas. Darimana jalannya aku akan bisa menikahi seorang selebritas? 

    Ha-ha-ha. 

    Mungkin itu hanya lip service belaka. 

    Ha-ha-ha. 

    Dasar ramalan bullshit.

    2 Responses so far.

    1. Lalu bagaimana kelanjutannya ?
      apakah ramalannya memang bullshit atau ada twisted plot ?

    2. Hmmm, gimana ya? Niatnya cuma mau bikin flash fiction aja kok. Hehehe

    Leave a Reply

    Thanks for reading! Leave your responses here :)

    Tentang AOMAGZ

    AOMAGZ adalah sebuah online magazine. Tapi bukan majalah berita, majalah resep atau majalah fashion. AOMAGZ adalah majalah spesialis cerita : Cerpen, Cerbung, Flash Fiction, Serial, Dongeng, Cerita Anak dan lain-lain. Jelajahilah AOMAGZ sesuka hati kamu karena ada cerita baru setiap harinya (kecuali weekend). Enjoy!

    Readers



    Follow Us On Twitter Photobucket


    Guestbook