Oleh : Aul Howler
Nyaris semua orang di dunia ini memiliki tujuan untuk pergi ke sekolah. Demi prestasi akademik. Demi prestasi non-akademik. Demi cita-cita. Demi ambisi. Demi kebahagiaan orang tua. Demi kebahagiaan keluarga. Demi pacar. Demi cinta.
Dan gue tidak termasuk orang-orang semacam itu.
Apalagi demi alasan terakhir. Ewww.
"Cih! Dasar cewek murahan!"
Kalian tau? Gue biasanya bukan orang yang pemarah. Tapi kali ini Amanda udah keterlaluan banget, dan gue nggak punya cukup ruang di hati gue untuk menampung kesabaran lagi. Gue tau masalah ini akan jadi panjang kalau gue bertindak detik ini. But, at least untuk sementara gue bakal merasa menang.
"PLAKK!!"
Amanda terdorong mundur beberapa langkah. Matanya menunjukkan sorot takjub. Mungkin nggak pernah menyangka gue seberani itu.
"APA-APAAN LO?"
Amanda mengangkat tangannya,
berusaha untuk melakukan serangan balasan. Tapi gue lebih gesit. Gue
menahan tangannya dan balik menampar lagi pipinya yang masih merah.
Tiba-tiba bu Fira masuk ke kelas dan seketika semua orang duduk kembali ke bangku masing-masing; kecuali kami berdua. Amanda mulai menangis sambil memegangi kedua pipinya, dan semua orang berbisik-bisik, menyebut-nyebut nama gue. Gue merasa jadi kayak boneka mannequin di mall-mall. Semua mata menatap gue dan gue nggak bisa bergerak.
Wow. Drama.
And this b*tch is kind a good drama queen.
Sayangnya gue ada di posisi yang salah sekarang.
"Amanda. Myca. Kalian berdua silahkan ke ruangan BP sekarang."
"Kami mau jadi saksi, buk!" Rere, Samila dan Sasa mengajukan diri.
"Baik. Kalian berlima silahkan ke ruang BP sekarang."
Tiba-tiba bu Fira masuk ke kelas dan seketika semua orang duduk kembali ke bangku masing-masing; kecuali kami berdua. Amanda mulai menangis sambil memegangi kedua pipinya, dan semua orang berbisik-bisik, menyebut-nyebut nama gue. Gue merasa jadi kayak boneka mannequin di mall-mall. Semua mata menatap gue dan gue nggak bisa bergerak.
Wow. Drama.
And this b*tch is kind a good drama queen.
Sayangnya gue ada di posisi yang salah sekarang.
"Amanda. Myca. Kalian berdua silahkan ke ruangan BP sekarang."
"Kami mau jadi saksi, buk!" Rere, Samila dan Sasa mengajukan diri.
"Baik. Kalian berlima silahkan ke ruang BP sekarang."
Gue mau bicara, membela diri sebisa mungkin dengan cara apapun juga. Tapi Samila dan Sasa serentak menggamit kedua lengan gue dan menyeret gue ke ruang BP. Tololnya gue nggak melawan. It's gonna be worst, I know. Tapi jauh di lubuk hati gue, gue berharap ada yang akan menolong. Pangeran berkuda putih, barangkali?
Impossible
Di ruang BP, Bu Nani si 'Cleopatra bengkak' sudah menunggu dengan wajah masamnya yang biasa. Amanda meraung makin keras dan memegangi pipinya seolah baru dikeroyok warga. Sialan. Harusnya gue juga acting. Pura-pura nangis kek. Pura-pura pingsan kek. Apa kek. Tapi gue nggak bisa.
Di ruang BP, Bu Nani si 'Cleopatra bengkak' sudah menunggu dengan wajah masamnya yang biasa. Amanda meraung makin keras dan memegangi pipinya seolah baru dikeroyok warga. Sialan. Harusnya gue juga acting. Pura-pura nangis kek. Pura-pura pingsan kek. Apa kek. Tapi gue nggak bisa.
Somebody help me. Gue membatin.
Dari ruang eksekusi, samar-samar gue mendengar dua orang cowok berbisik di luar pintu.
(Bersambung)
Tokoh utamanya si myca, bukan?cewek kan
Iyaa ^^