Oleh : Sulung
Aku tak menyangka Nayma bisa menerima kehadiran Karen di rumah kami.
Awalnya kami, aku dan Karen, sempat berdebat panjang. Merancang strategi
merebut hati Nayma. Nyatanya kami tak perlu bersusah payah. Nayma
langsung terpikat pada Karen sejak perjumpaan pertama.
"Nayma, ini Karen. Ibumu."
Nayma sempat ragu. Namun ia gegas menggenggam tangan Karen. Terpaku pada matanya. Sebelum tidur, Nayma bercerita.
"Dia memiliki mata yang indah Ayah. Mata kelabu hangat." Aku tersenyum dan membelai kepalanya.
Hari-hari berikutnya, mereka makin dekat. Karen selalu mengabulkan
apapun permintaan Nayma. Tapi saat yang paling aku suka adalah waktu
mereka duduk di pinggir kolam berhadapan, bercerita entah apa. Tatapan
Nayma tak lepas dari wajah Karen.
***
Nayma melesat ke dalam meninggalkan tasnya. Aku mendecak. Saat
kuraih, isinya berhamburan. Kertas-kertas menyerak. Semuanya bergambar
mata. Keningku mengernyit. Ini pasti gambar Nayma. Dipikir-pikir, Nayma
sekarang memang agak aneh. Selain gambar-gambar mata ini, sering
kudapati ia memandangi lama foto Karen yang disandingkan dengan foto
Marini. Lalu ia akan bersenandung lirih.
"Mata bulat, mata kelabu. Mata yang hangat, matanya ibu."
Waktu kutanya ia sedang apa, ia mengelak dan menghambur ke pelukan Karen. Meraba muka Karen dan mengecup matanya.
***
Lembur yang keterlaluan. Padahal tadi Inem melapor Nayma tak mau sekolah. Kutanya Karen, jawabnya cuma merajuk.
Sampai di rumah, aku gegas menuju kamar Nayma. Tapi ia tak ada. Di
mana Nayma? Apa ia tidur bersama Karen? Tapi kamar kami terkunci. Ada
hawa dingin ngalir dari sela pintu.
"Karen, Karen, buka pintunya!" Aku mendobrak pintu.
Usaha yang ketiga, pintu terbuka. Nayma duduk di atas tubuh Karen.
Tangan kanannya menggenggam pensil. Di tangan kirinya benda bulat
meluncur, menggelinding ke lantai. Mata kelabu Karen. Nayma menoleh
padaku.
"Ini buat Ibu, Ayah. Waktu Nayma minta ke Karen, dia ga mau. Makanya
Nayma ambil sendiri. Nayma kasihan Ibu ga punya mata di surga sana.
Padahal surga kan indah, Ayah."
-END-
Khas mas Sulung banget, sastrawi banget.
Iya.
tulisan-tulisan beliau emang dewa semua ya..